Iklan

Masukkan alamat email anda:

Thank you for Visit my blog

Sabtu, 17 Maret 2012

Kisah Perang Hudaibiyah | al Fathun Mubin

Hudaibiyah adalah nama daerah di perbatasan antara tanah haram Makkah dan tanah halal sejauh 22 km dari Makkah. Peperangan ini disebut Perang Hudaibiyah sebab didaerah hudaibiyah tersebut Quraisy menghalangi kaum muslimin untuk melakukan umroh.



Dalam peristiwa Hudaibiyah ini tidak terjadi peperangan, tetapi Alloh menyebutnya sebagai fathan mubiina yaitu kemenangan yang nyata. Demikian itu karena kaum muslimin mendapat keamanan dalam menyebarkan dakwah atas perjanjian damai Hudaibiyah dan menjadi sebab terjadinya Fathu Makkah.
Lihatlah kemenangan yang dicapai oleh sahabat rodhiyallohu ‘anhum dalam dua tahun mengumpulkan 7.000 tentara , di mana pada perang Ahzab hanya berkekuatan 3.000 tentara sedang pada Fathu Makkah berkekuatan 10.000 tentara.
Selama 6 tahun Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam dan para sahabat rodhiyallohu ‘anhum tidak pernah mengunjungi Baitulloh Makkah-kota kelahiran-mereka padahal mereka sangat merindukannya karena selama ini Quraisy tidak membiarkan seorang pun dari sahabat rodhiyallohu ‘anhum yang datang ke Makkah kecuali disiksa, disakiti, dan diusir. Quraisy mengklaim dan berbangga bahwa mereka sebagai pilihan dan kekasih Alloh yang paling berhak untuk mengurusi rumah-Nya (Ka’bah)
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam melihat dalam mimpi bahwa beliau bersama sahabatnya rodhiyallohu ‘anhum melakukan umroh ke Baitulloh dalam keadaan mencukur atau memotong rambut mereka, maka pada bulan Dzulqo’dah beliau mengumumkan kepada Sahabatnya rodhiyallohu ‘anhum bahwa pada tahun ini beliau akan melakukan umroh.
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam mewaspadai kejahatan dan penghianatan Quraisy. Oleh karena itu, beliau mengajak seluruh kaum muslimin hingga kabilah-kabilah Arab badui yang tinggal di sekitar Madinah, tetapi mereka tidak memenuhi ajakan beliau karena keimanan mereka masih rendah. Maka beliau berangkat bersama Muhajirin dan Anshor berjumlah 1.400 orang lebih sesuai dengan kesaksian lima orang Sahabat yang ikut serta dalam perang tersebut yaitu : Jabir bin Abdillah, Baro’ bin Azib, Ma’qil bin Yasar, Salamah bin Akwa’, dan Musayyab bin Huzni.
Alloh menerangkan isi hati kaum badui yang tidak segera menyambut panggilan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam dalam firman-Nya:
Orang-orang badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan, “Harta dan keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami.” Mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, “Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Alloh jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Alloh Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. al Fath : 11)
Mereka berangkat dengan tujuan umroh, tetapi membawa senjata dan dalam keadaan siap berperang jika seandainya Quraisy memerangi mereka.
Umroh ini adalah umroh pertama kali yang dilakukan oleh Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam dan membawa misi paling besar dalam menyebarkan kewibawaan dan kekuatan Islam di segala penjuru, khusus-nya Jazirah Arab-di samping Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam mengajari para sahabatnya rodhiyallohu ‘anhum tata cara manasik umroh dalam Islam dan melenyapkan proganda dusta Quraisy bahwa merekalah kaum yang paling memuliakan dan menjunjung tinggi kehormatan Ka’bah.


PERJALANAN KE MAKKAH

Mereka berangkat dari Madinah hingga tatkala sampai di Dzulhulaifah atau Biir Ali (miqot bagi ahli Madinah) mereka ihrom untuk umroh dan memberi tanda pada hewan korban mereka sebanyak 70 ekor unta. Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam mengirim Bisri bin Sufyan al-Khuzai rodhiyallohu ‘anhu  untuk memata-matai musuh dan setelah tiba di Rouha, 73 km dari Madinah, beliau mengirim rombongan dipimpin  oleh Abu Qotadah al-Anshori rodhiyallohu ‘anhu (beliau tidak melakukan ihrom) bersama beberapa sahabat rodhiyallohu ‘anhum menuju ke pantai laut merah karena ada berita bahwa di sana ada sekelompok musuh yang akan menyerang kaum muslimin.
Di tengah jalan Abu Qotadah rodhiyallohu ‘anhu berburu dan menangkap seekor keledai liar dan menghidangkannya kepada sahabatnya yang ihrom lalu mereka bertanya kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam tentang hukumnya dan beliau mengatakan, “Boleh memakan dagingnya selagi kalian tidak membantunya dalam berburu.” (HR. al Bukhori : 1821)
Pasukan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam terus berjalan hingga tiba di Usfan, sejauh 80 km dari Makkah, dan Bisri rodhiyallohu ‘anhu datang membawa berita bahwa Quraisy telah mengetahui kedatangan kaum muslimin dan mereka telah menyiapkan tentara untuk menghadang sedang Kholid bin Walid keluar memimpin pasukan kuda Quraisy sejauh 64 km dari Makkah. Mengetahui hal ini, Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bermusyawarah dengan para sahabat rodhiyallohu ‘anhum agar menyerang sekutu-sekutu Quraisy supaya tidak membantu Quraisy. Akan tetapi, Abu Bakr rodhiyallohu ‘anhu mengisyaratkan agar terus ke Makkah sesuai dengan tujuan semula yaitu untuk umroh dan siapa saja yang menghalangi maka kita perangi. Lalu Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam memerintahkan mereka untuk terus berjalan. Inilah kebiasaan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam, yakni sering bermusyawarah dengan para sahabatnya rodhiyallohu ‘anhum dan beliau beliau diterima atau ditolak pendapatnya selagi bukan wahyu dari Alloh.


MUSYRIKIN MENGHADANG

Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam memutar haluan menempuh jalan lain untuk menghindari hadangan musuh serta mengubah posisi pasukannya agar tidak berjibaku dengan pasukan kuda musyrikin dan di sana beliau sholat khouf (solat dalam keadaan takut dengan cara sebagian sholat bersama imam dan sebagian menjaga dan mengawasi musuh lalu bergantian sehingga masing-masing sholat satu roka’at bersama imam). Tatkala beliau lewat di Saniyah Muror (lembah menuju Hudaibiyah) Rosulullohsholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Siapa yang menaiki bukit Saniyah Muror akan diampuni dosanya sebagaimana Bani Israil yang diampuni.” (HR. Musilm : 2780)
Demikian itu jarena Bani Israil yang masuk Baitul Maqdis dalam keadaan sujud diampuni oleh Alloh sebagaimana sahabat yang ikut dalam perang Hudaibiyah ini.
Hingga ketika mereka tiba di Hudaibiyah unta Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam berhenti. Maka sahabat berkata, “Unta mogok.” Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam mengatakan, “Tidak, justru ia ditahan oleh Alloh yang dahulu menahan gajah pasukan Abrahah. Demi Alloh, seandainya Quraisy memohon perdamaian kepadaku demi menjaga kehormatan Tanah Haram pasti akan kupenuhi.” Di sana para sahabat rodhiyallohu ‘anhum mengeluh kekurangan air, maka Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam menyemburkan air ke dalam sumur hingga air melimpah dan mereka tidak kekurangan air. (HR. al-Bukhori : 2731)


DIPLOMASI

Di satu sisi, Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam hanya bertujuan menunaikan umroh dan tidak menghendaki peperangan. Beliau sangat berharap jika Quraisy masuk Islam tanpa perang, bahkan beliau menyesali kondisi Quraisy yang telah banyak terbunuh di medan perang. Sementara itu di sisi lain, Quraisy mengakui bahwa kekuatan kaum muslimin saat ini harus diperhitungkan, apalagi setelah kekalahan di perang di Perang Ahzab. Karena itu, urusan diplomasi dilakukan silih berganti oleh kedua belah pihak dalam rangka menuju perdamaian.
Quraisy mengutus  wakil mereka Budail bin Warqo’ menemui Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam maka beliau menjelaskan bahwa mereka datang hanya untuk tujuan umroh bukan perang. Budail kembali menyampaikan hal ini kepada Quraisy, tetapi merejka menolak dengan alasan rasa malu kepada bangsa Arab jika Muhammad masuk Makkah dengan jalan damai. Ini merupakan kemenangan besar bagi kaum muslimin terhadap musuh yang selama ini tidak mengenal perdamaian; sekaligus kehinaan bagi Quraisy sebab jika kaum muslimin dapat masuk ke Makkah dengan aman maka runtuhlah kewibawaan mereka di mata Arab dan bila kaum muslimin dihalangi maka bangsa Arab akan menghina mereka karena menghalangi mereka dari rumah Alloh.
Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam mengutus Khorosy rodhiyallohu ‘anhu tetapi hampir saja dibunuh oleh Quraisy jika tidak dilindungi oleh kaum Ahbasy. Kemudian beliau hendak mengirim Umar rodhiyallohu ‘anhu , tetapi karena alasan keamanan, beliau mengutus Utsman bin Affan rodhiyallohu ‘anhu sebab beliau dari Bani Umayyah yang memiliki pelindung di Makkah. Beliau menjelaskan kepada merka maksud dan tujuan Rosulullo sholallohu ‘alaihi wasallam ke Makkah. Lalu mereka menahannya di Makkah hingga tersebar berita bahwa Utsman rodhiyallohu ‘anhu telah di bunuh oleh Quraisy.


BAI’AT RIDHWAN

Kaum Quraisy menahan utusan Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam Utsman bin Affan rodhiyallohu ‘anhu di Makkah untuk kemaslahatan mereka. Akan tetapi, tersebar dan sampai berita kepada Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam bahwa Quraisy telah membunuh Utsman rodhiyallohu ‘anhu .  Padahal, seorang  utusan harus diberi jaminan keamanan dan tidak boleh diganggu hingga menyampaikan keperluannya dan bahwasnnya membunuh seorang utusan berarti pengkhianatan dan pernyataan perang. Maka beliau mengajak para sahabat rodhiyallohu ‘anhum untuk bai’at setia memerangi Quraisy hingga akhir hayat dan beliau sholallohu ‘alaihi wasallam mewakili bai’at Utsman dengan tangan beliau yang mulia. Setelah bai’at ini terjadi Utsman rodhiyallohu ‘anhu datang, tetapi tangan Rosululloh dalam mewakili bai’atnya lebih baik dari tangannya sendiri.
Banyak keutamaan bai’at ini terutama menggetarkan Iblis dan bala tentaranya karena tekad bulat dari para sahabat rodhiyallohu ‘anhum untuk menumpas habis Quraisy. Apalagi keberanian mereka telah banyak terbukti seperti pada perang Badar, Uhud, Ahzab--padahal mereka berperang tanpa bai’at untuk mati; lalu bagaimana kiranya andaikan mereka berperang atas dasar bai’at untuk mati syahid ?!
Mengetahui kegigihan para sahabat rodhiyallohu ‘anhum untuk berperang maka Quraisy diliputi rasa takut yang mendalam sehingga mereka mengirim beberapa utusan untuk berunding bersama Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam.


IBROH
1.       Jika musuh menawarkan perdamaian maka itu menunjukkan kelemahannya, sedangkan kaum muslimin yang menerima perdamaian menunjukkan siasat dan rahmatnya kepada umat manusia sebab seandainya mereka bersikeras pasti tidak akan luput dari dua kebaikan yang mulia bagi mereka yaitu menang atau mati syahid.
2.       Rosululloh saw sangat menghendaki keislaman Quraisy sebab sabda beliau, “Yang paling baik di masa jahiliyah adalah yang paling baik di masa Islam jika mereka faqih,” sedangkan bangsa Arab adalah sebaik-baik bangsa dan Quraisy adalah sebaik-baik bangsa Arab karena kedudukan, kefasihan , kecerdasan, dan pengalaman mereka – dan sejarah menunjukka hal ini.
3.       Keberanian para sahabat ra yang tidak mengenal damai apalagi mengalah terhadap musuh dan kesempurnaan iman serta keyakinan mereka terhadap janji Alloh dan pertolongan-Nya.
4.       Dengan bai’at ini dan dalil lainnya para Sahabat ra mendapat keistimewaan ridhwanulloh (Alloh meridhoi mereka) yang khusus untuk mereka yang tidak dicapai oleh selain mereka. Dan keutamaan bai’at ini sebagaimana sabda Rosululloh saw:
“Tidak akan masuk neraka seorang pun yang ikut dalam bai’at ini di bawah pohon (Bai’at Ridhwan).” (Shohih at-Tirmidzi : 3866)
5.       Jika para Sahabat ra telah diridhoi oleh Alloh dan mereka ridho kepada-Nya maka kewajiban kita adalah meridhoi yang diridhoi oleh Alloh. Karena itu, kita meridhoi para Sahabat ra dan mendo’akan ridho setiap kali kita menyebut salah seorang dari mereka; berbeda dengan Syi’ah yang memusuhi orang-orang yang diridhoi oleh Alloh. Ini tidak mengherankan sebab agama mereka dibangun di atas dendam dan kedengkian terhadap para sahabat ra yang meruntuhkan kerajaan adidaya Romawi dan Persia**nenek moyang Syi’ah Rofidhoh.



3 komentar:

komentar anda akan sangat membantu untuk perkembangan blog ini. Dimohon untuk berkomentar dengan bahasa yang baik dan santun. Dilarang keras berkomentar mengenai musik, nyanyian, hinaan, cacian, pelecehan agama, dan sebagainya. Dipersilahkan untuk berkomentar di luar tema postingan. terimakasih dan wassalaamu'alaykum warohmatullohi wabarokaatuh.